KasihanBangsa. Puisi Indonesia Menangis. #1. Negaraku. #2. Bumi Kita. Hukum Rimba Itu Hukum Negeriku. Penutup. Puisi Indonesia - Berbicara tentang Indonesia, tidak hanya menceritakan tentang keindahannya, kekayaan sumber daya alamnya, kesuburan tanahnya, keramahan penduduknya.
Bencana alam sering melanda. Apalagi akhir-selesai ini. Sehingga berbagai orang yang menciptakan puisi wacana musibah. Entah wacana banjir, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, dan lain sebagainya. Puisi petaka yaitu puisi yang menceritakan aneka macam hal perihal tragedi yang melanda manusia. Puisi tentang bencana alam bisa berisi banyak sekali hal. Mulai dari membuktikan kejadian. Hingga penyebab bencana alam itu sendiri. Seperti dimengerti, berbagai kerusakan alam alasannya ulah manusia. Alam yang tadinya asri dan indah, berubah gersang. Hutan pun semakin botak. Sungai-sungai banyak dikotori oleh sampah. Begitu pula dengan udara. Udara tercemar oleh polusi. Semua itu balasan tindakan manusia. Akibatnya pun akan dirasakan oleh manusia. Misalnya karena hutan makin sedikit, Di demam isu kemarau akan kelemahan air. Sebaliknya saat demam isu hujan, akan menjadikan banjir. Semua itu ialah balasan dari ulah insan sendiri. Berikut ini ialah kumpulan puisi bencana alam. Ada yang terdiri dari 2 bait, 3 bait, dan 4 bait. Semoga bisa menolong. Puisi Bencana Alam Singkat 2 BaitBersabarTerendamPuisi Bencana Alam 3 BaitMenggenangGunung MengamukPuisi Bencana Alam 4 BaitRuntuhAmpuni Dosa KamiPuisi Bencana Alam BanjirHujan Yang Belum RedaSungai SampahDikepung AirPuisi Bencana Alam TsunamiTangisan DukaCahaya HarapanBencana Gempa BumiBumi BerderakRasanya BerbedaRuntuhnya RumahSedih Di HatiKe Mana Berlari?Apa Yang Dimaksud Dengan Bencana?Apa Yang Dimaksud Dengan Gempa Bumi?Puisi Bencana Gunung MeletusAwan PanasAbu LetusanHilang DesakuBerkali-kaliKebakaran HutanDilalap ApiHutanku Yang MalangRindu Pada HutankuPuisi Tentang HutanPuisi Air TerjunKerusakan Alam Puisi Bencana Alam Singkat 2 Bait Di bawah ini yang merupakan kumpulan puisi yang singkat. Hanya terdiri dari 2 bait saja. Bercerita perihal musibah. Tentunya berisi kesedihan. Tetapi juga ada cita-cita. Semoga musibah ini bisa terselesaikan. Banjir Melanda Hujan turun tak reda-reda Amat deras tanpa jeda Semua itu suatu membuktikan Bahwa banjir datang melanda Karena banjir rumah tenggelam Merusak segala harta dan benda Pikiran pun terasa suram Hilang di jiwa rasa bahagia Bersabar Bencana datang kapan saja Kadang-kadang tidak disangka Datangnya dengan datang-tiba Manusia tak siap menghadapinya Apapun yang sedang terjadi Rasa tabah mesti di hati Bencana ini ketentuan rabbul Izzati Sebagai ujian bagi manusia di tampang bumi. Terendam Rumahku terendam air Tinggi sekali hingga di kaki Walaupun hujan hanya sebentar Banjir merendam area lebar Mungkin ini ulah manusia Yang menebang hutan dan rimba Di mana air hendaknya disimpan Jika tak ada pohon di dalam hutan Berikutnya ialah kumpulan puisi yang terdiri dari 3 bait. Biasanya digunakan untuk pelajaran anak-anak SMP. Sedangkan puisi yang singkat umumnya untuk anak-anak SD. Pelajari dan baca dengan seksama. Kemudian cobalah untuk mendeklamasikannya. Menjelang Panen Terhampar luas padi di desa Warnanya kuning keemasan Pemandangan yang membahagiakan jiwa Hamparan sawah bagai hiasan Sayang sayang seribu sayang Hujan turun tak kunjung reda Harapan senang pun melayang Air hujan merendam sawah Bencana ini sungguh menyedihkan Bagi penduduk di pedesaan Padi menguning ini rusak Menyisakan kepedihan Menggenang Ku lewati jalan itu Sehabis turun hujan Air banyak menggenang Di sepanjang tepian jalan Beginilah setiap hujan Air tak tertampung di selokan Akhirnya jalan pun terendam Membahayakan bagi pejalan Kenapa peristiwa ini terjadi Mungkinkah alasannya ulah kita Yang sudah tak memiliki nurani Merusak alam tanpa rasa berdosa. Gunung Mengamuk Kudengar kabar info Gunung Merapi jauh disana Yang lazimnya berdiam diri Kini mulai menunjukkan api Awan panas membumbung tinggi Dari kawah gunung berapi Membuat takut masyarakatdesa Jangan-jangan tragedi menimpa Bila Gunung mengamuk marah Hawa panas dimuntahkannya Mematikan kebun petani Menyisakan rasa sedih. Puisi Bencana Alam 4 Bait Puisi merupakan karya seni. Sudah diketahui sejak dulu era. Puisi kadang dipakai untuk merekam suatu peristiwa. Termasuk puisi di bawah ini. Merupakan puisi wacana peristiwa yang terdiri dari 4 bait. Asap Oh asap… Kau terus mengepul tinggi Dari hutan negeri ini Menyebar ke pelosok negeri Asep sudah menjadi kabut Menutupi persepsi mata Desaku seperti tertutup Memandang pun tak leluasa Wahai insan Mengapa temanmu membakar rimba Menimbulkan berbagai bencana Hingga kini tak juga reda Kau memperabukan pepohonan Sehingga rusak muka hutan Membunuh binatang hewan Apakah engkau tak berperasaan? Runtuh Bila bumi bergemeretak Walau hanya beberapa detak Gedung-gedung akan terguncang Rumah-rumah banyak yang runtuh Begitulah kalau tiba bencana Gempa bumi yang tak bisa diduga Paniklah para insan Banyak pula yang tertimpa Gempa bumi luar biasa Rumah kokoh hancur kesudahannya Kadang rata dengan tanah Tak ada kemegahan yang tersisa Wahai manusia yang lemah Jangan besar kepala di hadapan di hadapan-Nya Bila telah menimpakan bencana Ke manakah kaki selamatkan diri? Ampuni Dosa Kami Bila insan banyak dosa Bumi pun tak mau menerima Bumi gundah dan gusar Lalu tragedi datang melanda Sekiranya insan bertaqwa Maka bumi pun penuh berkah Jauh dari bala tragedi Menjauh dari alam yang murka Bencana ini memang menerpa Agar manusia menjadi sadar Meninggalkan aneka macam dosa Atau memilih mati terkapar Kembalilah wahai manusia Kepada perintah Tuhan yang Esa Bencana di dunia tak seberapa Di darul baka luar biasa Puisi Bencana Alam Banjir Bencana banjir sering terjadi. Terlebih di demam isu hujan. Dahulu bencana banjir umumnya terjadi di kota besar. Sekarang banjir dimana-mana. Di kota maupun di desa. Dahulu yang terkena banjir cuma Jakarta. Saat ini hampir semua kota. Kota Bandung, Surabaya, Pekanbaru, dan kota-kota yang lain di Indonesia. Banyak sekali penyebabnya. Karena telah tidak ada lagi hutan. Pepohonan banyak ditebang. Kemudian susukan air yang kurang baik. Dan tentunya sampah yang menggunung di mana-mana. Terutama di sungai-sungai. Semua itu menjadi penyebab tragedi banjir. Hujan Yang Belum Reda Dan bila hujan datang Resah pula rasa di dada Aku takut banjir melanda Menghancurkan harga benda Hujan ini belum juga reda Dalam hati saya berdoa Semoga tidak terjadi apa-apa Jangan sampai ada peristiwa Hujan ini tak pernah salah Hanya insan yang serakah Membabat hutan rimba Mengundang bala bencana Sungai Sampah Sungai ini begitu jernih Tempat bermain si anak ikan Air mengalir ke sawah-sawah Dari pagi hingga petang Airnya bersih amat bening Sejuk sekali jika disentuh Anak-anak pun bermain-main Berenang di air yang tak keruh Tapi itu kisah dahulu Kini semuanya telah berubah Kondisi sungai amatlah pilu Karena sungai sarat dengan sampah Saat hujan turun deras Air sungai pun meluap-luap Tumpah ke kampung-kampung Merendam rumah di kota-kota. Dikepung Air Bila manusia tak peduli Seolah-olah tidak punya hati Membuang sampah asal-asalan Membakar hutan, menghancurkan pegunungan. Akan tiba saatnya nanti Saat alam mulai beraksi Derita manusia dia tak peduli Karena manusia sudah menyakiti Datanglah banjir yang mengepung Jalan jalan terendam air Di mana-mana penyakit timbul Hati insan pun merasa duka Jika ingin hidup sejahtera Harmonis bareng alam semesta Cobalah untuk senantiasa peduli Jagalah keasrian alam ini. Puisi Bencana Alam Tsunami Bencana tsunami berulang kali terjadi. Di Palu dan di Aceh. Bencana ini menimbulkan kerusakan yang besar. Rumah rumah runtuh. Jiwa insan pun melayang. Tsunami biasanya disebabkan gempa bumi. Yaitu gempa bumi yang terjadi di lautan. Sehingga air bahari bergerak. Lalu bergelombang hingga ke tepi pantai. Ribuan korban jiwa melayang. Ribuan rumah hancur tak bersisa. Begitulah bila bencana tsunami melanda. Di bawah ini merupakan puisi ihwal tsunami. Gelombang Menerjang Di pagi hari yang begitu cerah Manusia melaksanakan aktivitasnya Sang surya pun bercahaya terang Menghangatkan bumi tersayang Tiba-tiba pantai mengering Airnya surut entah kemana Terlihat ikan bergeletakan Kehilangan air dari lautan Manusia asyik bermain Di tepi pantai yang sungguh indah Saat menyadari apa-apa Sebentar lagi datang tragedi Lalu dengan tiba-datang Gelombang tinggi bergulung gulung Bagaikan pohon pohon kelapa Yang menerkam dari samudra Gelombang itu terlihat pelan Padahal melaju ke daratan Hancurkan pantai satu sapuan Segalanya jadi berantakan Tangisan Duka Kulihat wajah-tampang suram Mata mereka terlihat dalam Isak tangis bersahutan Ada bencana dari lautan Anak kecil mencari ibunya Yang terpisah entah dimana Seorang ibu menangis pilu Melihat anaknya terbujur kaku Mayat-mayit bergelimpangan Memenuhi sepanjang jalan Bencana ini cuma sesaat Tapi dampaknya begitu hebat Lautan menumpahkan air Hingga menyapu ke tepian Manusia tak lagi berpikir Hanya mencoba menyelamatkan Rumah-rumah pun runtuh Berantakan diterjang gelombang Bagaikan mainan dari kertas Saat disapu ombak yang keras Betapa lemah insan Saat menghadapi bala tragedi Wajah alam tampak murka Menyisakan pedih semata Cahaya Harapan Bencana merusak seluruhnya Meruntuhkan rumah-rumah Yang dibangun begitu usang Hancur hanya saat itu juga Gedung-gedung yang begitu megah Tak mempunyai kekuatan apa-apa Alam lebih kuat dari manusia Di hadapan tragedi tak berdaya Untuk apa bersedih hati Bencana ini udah di ratapi Nyalakanlah api keinginan Untuk membangun kurun depan Mari kita bangun kembali Meneruskan kehidupan ini Tak ada gunanya bersedih diri Semua luka mari kita obat Semua memang terlihat berlawanan Setelah tragedi datang melanda Tuhan sudah menunjukkan potensi Agar kita pulang ke pintu pertobatan Bencana Gempa Bumi Indonesia kerap kali ditimpa gempa bumi. Gempa bumi memang tak mampu dikesampingkan. Kecuali dengan banyak-banyak bertakwa kepada Allah. Semakin kesini kian banyak gempa bumi. Itulah yang telah disampaikan oleh Rasulullah. Semakin banyak kemaksiatan, bertambah banyak gempa bumi tiba. Gempa bumi bukan sekedar fenomena alam. Tukang kendang terjadinya patahan. Tetapi gempa bumi ada relevansinya dengan dosa-dosa manusia. Ketika tragedi datang, jadi pelajaran bagi orang yang beriman. Gempa bumi besar pernah terjadi di aneka macam tempat. Di Lampung, di Palu, Mentawai, Jogjakarta, dan banyak daerah lainnya. Apabila gempa ini terjadi di lautan, mampu menjadikan tsunami. Bumi Berderak Hanya sesaat Tiba-datang bumi berderak Rumah-rumah patah dan rusak Apa yang sudah terjadi Telah tiba gempa bumi Menggetarkan sanubari Manusia bagaikan limbung Tak tau apa yang terjadi Duka lara merundung Gempa mengguncang negeri ini Rasanya Berbeda Kemarin terasa indah Langit biru begitu cerah Anak ibu bercengkrama Begitu hangat di keluarga Hari ini semua berganti Keindahan itu sudah berlalu Bumi tampak berantakan Orang menangis di reruntuhan Tinggalah puing-puing Yang menyesakkan cita-cita Tubuh banyak yang terluka Oleh tragedi yang datang-tiba Mungkin ini yaitu cobaan Untuk mereka yang beriman Atau sekedar pengingat Agar hentikan semua maksiat Runtuhnya Rumah Di rumah itu Ada canda dan tawa Banyak kita beribu-ribu Semarakan hari-hari dunia Siapa yang menduga Gempa bumi tiba melanda Rumah runtuh seketika Menyisakan puing-puing saja Atap rumah ambruk Tiang tiang sudah patah Dinding kuat runtuh Hati ini menjadi kelabu Sedih Di Hati Seorang anak kecil Sendiri duduk menggigil Menatap rumahnya yang runtuh Ibunya terbaring kaku Ia menatap ke sekitar Desanya mirip tak diketahui Orang-orang ketakutan keluar Dengan paras yang begitu muram Gempa bumi mengganti tampang Yang ceria kini berduka Yang indah kini berubah Puing-puing di mana-mana Sedih pilu hatinya Anak kecil itu meratap murung Hanya air mata yang mengalir Menghadapi peristiwa yang tak terpikir. Ke Mana Berlari? Ketika bencana terjadi Kemana lagi manusia berlari Tak ada tempat untuk berlindung Hanya kepada Tuhan memohon ampun Sungguh tak bisa kita menahan Apabila tragedi menyerang Lemah lunglai segala daya Itulah kekuasaan Tuhan yang Esa Tak ada kawasan berlari Kecuali hanya kepada-Nya Jangan angkuhkan diri Bersimpuhlah kepada-Nya. Apa Yang Dimaksud Dengan Bencana? BENCANA yakni peristiwa atau rangkaian insiden yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan penduduk yang disebabkan, baik oleh aspek alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor insan sehingga menjadikan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan imbas psikologis. Apa Yang Dimaksud Dengan Gempa Bumi? Gempa bumi yakni getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi balasan pelepasan energi dari dalam secara tiba-datang yang membuat gelombang seismik. Puisi Bencana Gunung Meletus Letusan gunung merupakan kejadian yang terjadi balasan endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Bencana letusan gunung terjadi berulang kali di Indonesia. Salah satu yang besar adalah letusan gunung Krakatau. Letusan gunung ini memisahkan antara pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Artinya Gunung Krakatau memiliki letusan yang sangat ahli. Letusan itu terjadi sekitar tahun 1800-an. Menurut para hebat, debu dari letusan gunung Krakatau hingga ke Eropa. Saat ini masih banyak gunung yang masih aktif. Gunung Merapi dan Gunung Sinabung merupakan letusan yang juga sungguh besar. Bencana tersebut menghancurkan pertanian penduduk . Abu dari letusan gunung menimbulkan flora mati. Berikut ini merupakan puisi tragedi gunung meletus. Awan Panas Membumbung tinggi ke angkasa Bagaikan awan yang bergulung-gulung Hawa panas sungguh terasa Sebuah mengambarkan dari gunung Manusia mulai panik Tak usang lagi ada letusan Lava mulai dikeluarkan Dengan bunyi menggetarkan Burung-burung melayang Meninggalkan pegunungan Begitu pula aneka macam hewan Karena peristiwa sudah dicicipi Tak ada yang bisa dijalankan Desa permai ditinggalkan Karena nyawa sebagai taruhan Jika gunung mengeluarkan letusan. Abu Letusan Kau tebarkan bubuk Pada desa yang kamu pangku Menebarkan hawa di udara Panas melanda sangat terasa Kau terbarkan bubuk Pada daun-daun di kebun Sayuran pun mulai layu Panasmu memang tak tertahankan Kau terbarkan debu Ke utara ke selatan Kepada insan maupun hewan Membuat mereka ketakutan Kau terbarkan bubuk Sesuai perintah dari Tuhan Agar tumbuh di hati manusia Rasa takut juga keinginan. Hilang Desaku Hilang desaku Ditimpa oleh tragedi Letusan gunung Memporak-porandakannya Hilang desaku Juga sawah dan kebunnya Yang tersisa hanyalah debu Sisa dari peristiwa itu Kami mesti bangun lagi Membangun desa ini Agar kembali asri Indah berbunga dan bersemi. Berkali-kali Oh Gunung Merapi Engkau masih beraksi Lagi dan lagi Belum juga berhenti Engkau meletus saban hari Membuat khawatir setiap diri Kapankah tenang kembali Melihat wajahmu berseri-seri. Kami cuma menunggu Berdoa di tenda-tenda kami Kau menggelegar kami sunyi Menjaga asa tetap bersemi. Kebakaran Hutan Bencana bisa dalam bentuk apa saja. Misalnya kebakaran hutan, banjir bandang, letusan gunung, ataupun gempa bumi. Salah satu bencana yang terjadi hampir setiap tahun yaitu kebakaran hutan. Biasanya terjadi di waktu kemarau. Kebakaran hutan berpengaruh pada banyak hal. Mengakibatkan kabut asap. Kematian hewan-binatang. Semakin hari hutan di Indonesia semakin sedikit. Hal itu disebabkan adanya pembukaan kebun dan pertambangan. Kebakaran hutan kadang-kadang terjadi dengan alamiah. Namun banyaknya adalah karena ulah manusia. Dilalap Api Api menyala-nyala Menghanguskan pepohonan Memerahkan dedaunan Merusak rumah para hewan Malangnya hutanku Yang hijau dan rimbun Memberikan kesegaran Pada penghuni alam Namun sekarang ia terkapar Oleh api yang membakar Berhari-hari tak juga padam Menyisakan nasib yang kelam Hutanku Yang Malang Dedaunan sekarang berapi Meruntuhkan kesejukan Bermula dari tepi Membakar ke tengah hutan Batang-batang hangus terbakar Hitam kelam menjadi debu Daun-daun berguguran Tersisa jadi ingatan Engkau yang sudah memberi udara Memberi oksigen terhadap insan Memberikan rumah pada margasatwa Kini menanggung beban derita Rindu Pada Hutanku Kami rindu kepada hutan Di mana burung berkicauan Melangkah dalam pertunjukan Mendengarkan nyanyian hewan Kemarin rindu pada hutan Yang luas membentang Menjadi paru-paru dunia Sumber hidup bagi manusia Ini hutanku menanggung luka Jilatan api membuat sengsara Ada ulah dari tangan manusia Yang menjadikannya menderita Puisi Tentang Hutan Hutan memang suatu pandangan baru. Banyak dibentuk menjadi puisi. Silahkan baca di Puisi Tentang Hutan Untuk Anak Sekolah. Puisi Air Terjun Air menggeluti sangatlah indah. Merupakan bab dari alam. Yang merupakan air yang mengalir kemudian jatuh. Biasanya berada di antara pegunungan. Ingin puisi perihal gerojokan? Baca di Puisi Air Terjun Indah. Kerusakan Alam Awalnya alam begitu indah. Seperti gunung, pantai, dan persawahan. Namun kadang-kadang dirusak oleh insan. Entah dengan membuang sampah maupun melaksanakan acara mirip pertambangan. Sehingga alam rusak. Baca puisinya di Puisi Kerusakan Alam. Ref
KataBijak Tentang Bencana Alam. Ketawa Berasama Cerita lucu situs humor Indonesia berisi gambar Orang Lucu Dan Kocak, sms lucu, teka-teki lucu, jokes ngakak dan ketawa-ketiwi, gurauan jenaka, guyonan, dagelan, diupdate setiap hari, hiburan dewasa bikin tertawa. Hiburan bisa datang dari mana aja. Bisa dari video, kata kata, sampai kumpulan gambar Orang Lucu Dan Kocak
Daftar Isi Pengertian Puisi Struktur Batin Puisi beserta Penjelasannya 1. Tema 2. Perasaan 3. Nada dan Suasana 4. Amanat Berbagai Metode Penyampaian Puisi 1. Membacakan Puisi 2. Deklamasi Puisi 3. Pertunjukan Puisi Contoh Puisi Tentang Alam yang Penuh Makna 1. Sajak Matahari 2. Pancuran 7 Abadi 3. Pengakuan yang Jujur 4. Siapakah 5. Hutan Karet 6. Pantun Terang Bulan di Midwest 7. Pesan Alam 8. Sabana 9. Mentari Pagi 10. Pendakian 11. Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta 12. Indahnya Alam Negeri Ini 13. Kicau Burung 14. Melupakan 15. Puisi Alam 16. Bara Hati 17. Sejuk Tenang 18. Bumi 19. Senja 20. Lukisan tentang Langit 21. Laut dan Keindahannya Cara Menulis Puisi tentang Alam 1. Persiapan 2. Inkubasi 3. Iluminasi 4. Verifikasi - Karya seni yang ada di dunia sangatlah beragam wujudnya. Ada yang berbentuk tulisan, gambar atau lukisan, suara, dan masih banyak lagi. Puisi menjadi salah satu karya seni dalam wujud tulisan yang kemudian disampaikan secara lisan. Ada beragam tema puisi yang bisa dibawakan, salah satunya puisi tentang tentang alam berarti segala puisi yang menjelaskan atau menceritakan alam sekitar. Untuk menyampaikan makna atau pesan puisi tentang alam dengan benar, ada sejumlah metode penyampaian dan cara menulis yang perlu diperhatikan. Penasaran apa saja contoh puisi tentang alam beserta metode penyampaian yang bisa digunakan? Berikut artikelnya!Pengertian PuisiMengutip Schmitt dan Viala menyatakan masyarakat Yunani memandang puisi sebagai seni pencipta bahasa yang berbeda dari pemakaian bahasa-sehari-hari. Briolet juga menjelaskan puisi melalui istilah syair yang berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti hasil karya atau benda yang dibangun. Menggabungkan kedua pengertian, dapat disimpulkan puisi adalah salah satu karya sastra yang disusun untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan emosi yang dimiliki penyair menggunakan kata-kata indah, melebihi bahasa yang digunakan tiap Batin Puisi beserta PenjelasannyaPuisi memiliki struktur batin yang perlu diperhatikan. Struktur batin sendiri diperlukan sebagai dasar dalam menulis puisi serta pengetahuan pertama terkait karya sastra puisi. Struktur batin puisi meliputi TemaStruktur batin puisi yang eprtama adalah tema, gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya yang kemudian menjadi kerangka pengembangan sebuah PerasaanDalam membuat puisi. ekspresi perasaan penyair diperlukan agar karya sastra yang dibuat mampu mewakili perasaan tersebut. Ekspresi yang digunakan beragam, dapat berupa kerinduan, kegelisahan, hingga kekhawatiran. Secara singkat, perasaan berarti ekspresi yang ingin diungkapkan penyair melalui Nada dan SuasanaSelanjutnya adalah nada dan suasana. Nada puisi adalah sikap penyair terhadap pembaca, seperti menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas melalui cerita kepada pembaca. Sementara itu, suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membacakan AmanatStruktur batin terakhir dari puisi adalah amanat, pesan tersirat di balik kata-kata yang tersusun atau tema yang diungkapkan. Penyampaian amanat dapat disampaikan secara sadar atau tidak sadar dalam karyanya. Umumnya, amanat menjadi salah satu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan Metode Penyampaian PuisiPuisi apapun, termasuk puisi tentang alam, dapat disampaikan dengan berbagai metode. Metode ini dapat disesuaikan dengan tema puisi yang akan dibawakan. Berbagai metode penyampaian puisi tentang alam menurut buku Bestie Book Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII, VIII, & X meliputi1. Membacakan PuisiSesuai namanya, membacakan puisi berarti menyampaikan puisi melalui ucapan dengan bahasa lisan. Ketika menggunakan metode ini. teks puisi dapat dibawa ke tempat Deklamasi PuisiMetode penyampaian puisi tentang alam selanjutnya adalah deklamasi puisi. Penyampaiannya sama-sama lisan seperti membacakan puisi, tetapi disampaikan dengan penghayatan dan luapan jiwa yang lebih besar daripada membacakan puisi. Dalam hal ini, teks puisi harus dihafal dan tidak dibawa saat Pertunjukan PuisiPenyampaian puisi dalam bentuk pertunjukkan dibagi menjadi dua, yaitu musikalisasi puisi dan dramatisasi puisi. Musikalisasi puisi berarti puisi diubah menjadi lagu, sedangkan dramatisasi puisi berarti disertai dengan gerakan atau peran tokoh sesuai peristiwa yang terjadi dalam Puisi Tentang Alam yang Penuh MaknaSetelah mengetahui pengertian dan berbagai metode penyampaiannya, berikut ini sejumlah contoh puisi tentang alam yang penuh makna untuk dijadikan referensi1. Sajak MatahariKarya RendraMatahari terbenam atau sunset di Jembrana, Bali. Foto Pantai Baluk Rening menjadi salah satu spot terbaik melihat matahari terbenam atau sunset di Jembrana, Bali. Pantai ini terletak di Desa Baluk, Kecamatan Negara, Jembrana. I Putu Adi BudiastrawanMatahari bangkit dari sanubarikuMenyentuh permukaan samudra keluar dari mulutku, menjadi pelangi di cakrawalaWajahmu keluar dari jidatku, wahai kamu, wanita miskin!Kakimu terbenam di dalam lumpurKamu harapkan beras seperempat gantang, dan di tengah sawah tuan tanah menanammu!Satu juta lelaki gundul keluar dari hutan belantara, tubuh mereka terbalut lumpur dan Kepala mereka berkilatan memantulkan cahaya matahariMata mereka menyala tubuh mereka menjadi bara dan mereka membakar duniaMatahari adalah cakra jingga yang dilepas tangan Sang KrishnaIa menjadi rahmat dan kutukanmu, ya, umat manusia!Penjelasan Puisi karya sastrawan kenamaan Indonesia ini menceritakan lingkungan dan seisinya yang merupakan rahmat Tuhan. Namun bisa berubah jadi bencana dan kutukan tanpa upaya menjaga keseimbangan dengan kepentingan Pancuran 7 AbadiKarya Dede Aditnya SaputraDesir angin sepoi menghembus perlahanBersama nyanyian burung di pucuk dahanAirmu menari-nari dalam nestapaMencairkan luka oleh karena cintaTercium bau yang harum menawanBau harum airmu memecahkan qalbu buanaTahukah kau akan qalbu buana itu?Yaitu qalbu yang dirundung duka dan nestapaOh.. nirwana puncak Gunung SlametKaulah tempat kami mengingat sang KuasaMelepaskan jiwa yang bermuram durjaDan merenungkan masa jayaSelain air terjunmu yang menawanTerdapat mata air panas yang bersahajaMembuat kita bersatu dengan malamApalagi malam Jumat orang JawaTerus lah abadi kau Pancuran ketujuhBersama ke enam Pancuran di bawah sanaPancarkan sinar keemasan dalam air mu!Untuk melupakan rasa sendu yang menggebuPenjelasan Puisi ini menceritakan kebesaran Gunung Slamet dan perasaan ketika berada di puncaknya. Gunung ini mengajak manusia merenungkan kembali perjalanan hidupnya, tidak sombong, dan siap menyongsong masa Pengakuan yang JujurKarya Radius SiburianIlustrasi puisi tentang alam Foto Mokkie/Wikimedia CommonsDi tiap ujung daun menjari tersimpan nada kagumDi tiap bentangan akar bersembunyi nada taatDi tiap pucuk pohon pinus bertunas nada syukurDi tiap ujung paruh burung terselip rasa kagumDi tiap auman fauna terdengar rasa taatDi tiap alat gerak animalia terbekas rasa syukurDi tiap bibir pantai-pantai tercium rasa kagumDi tiap puncak gunung menjulang tersimpan rasa taatDi tiap muara sungai terbentang rasa syukurDi tiap hamparan samudra terbentang nada dan rasaKagum, taat, syukur semua menyanyi kitab Kejadian SempurnaPenjelasan Penyair dalam karyanya ini menjelaskan kebesaran Tuhan melalui ciptanNya dan nikmat yang diterima manusia. Sudah sepantasnya bagi manusia untuk mengucapkan syukur dan taat atas ketentuhan Yang Maha SiapakahKarya Acep Zamzam NoorSiapakah yang menyiramkan hijauKetika puncuk bukit kembali bersemiSiapakah yang menumpahkan biruKetika ombak berkejaran dengan sunyiSiapakah yang menggambari langitDengan kuas sehalus awan pagiSiapakah yang mengukir udaraDengan pahat selentur jemariPenjelasan Penyair dalam karyanya menjelaskan rasa kagum atas alam, yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Begitu sempurnanya ciptaan Tuhan sehingga semua terlihat indah dan Hutan KaretKarya Joko PinurboIlustrasi hutan karet. Foto dok. RLUDaun-daun karet di hamparan monyet di kalong menghalau pucuk-pucuk ilalang belalang di semak-semak sebuah jalan kenangan sebelum surya berlalumasih kudengar suara bedug Sastrawan senior ini menceritakan perasaannya dengan mengambil latar hutan karet. Suasana hutan yang ramai suara hewan mengingatkannya pada suatu kenangan tepat di ujung senja menjelang Pantun Terang Bulan di MidwestKarya Taufiq IsmailSebuah bulan sempurnaBersinar agak merahLingkarannya di sanaAwan menggaris bawahSungai MississippiLebar dan keruhBunyi-bunyi sepiAmat gemuruhLadang-ladang jagungRawa-rawa dukanaSerangga mendengungSampaikah suaraCuaca musim gugurBukit membisuAsap yang hancurBiru abu-abuDanau yang di sanaSeribu burung belibisLereng pohon pinaAngin pun gerimisPenjelasan Dalam puisinya, sastrawan Taufiq Ismail menceritakan suasana malam Amerika Serikat di areal sekitar sungai Mississipi. Areal ini kemungkinan adalah lahan pertanian sepi, yang saat itu tengah Pesan AlamKarya Haidi SIlustrasi puisi tentang alam. Foto Andhika-detikcomBencana ini mengajarkan kitaBagaimana rasanya terpenjaraDi tempat yang disebut rumahYang perlahan membuatMungkin kita harus ingatSaat perilaku kita menjeratPenghuni laut udara dan daratAkal dan nurani nyatanya tak saling terikatTuhan melalui alam menyampaikan pesan penuh IlhamMembiarkannya geram sebab dosa tak terpendamPenjelasan Dalam puisi ini, penyair berpendapat bencana sesungguhnya pesan alam pada manusia. Alam diam saja bukan berarti pasrah menerima kelakuan manusia. Balasan diberikan seizin Tuhan saat manusia tak juga berhenti SabanaKarya Umbu Landu ParinggiSabanamemburu fajaryang mengusir bayang-bayangkumenghadang senjayang memanggil petualangsabana sunyidi sini hidupkusebuah gitar tuaseorang lelaki berkudasabana tandus mainkan lagukuharum nafas bundaseorang gembala berpaculapar dan dahagakemarau yang kurindu dibakar mataharihela jiwaku risaukarena kumau lebih cintahunjam aku ke bibir cakrawalaPenjelasan Umbu dalam karyanya menceritakan suasana sabana yang bermandi sinar matahari. Sabana yang luas, panas, dan sepi ternyata bisa sangat dirindukan serta menjadi sumber kehidupan makhluk Mentari PagiKarya Ayu AmandaMatahari Pagi di Bunaken. Foto BonauliCahaya masuk menyapa hangatCerah tapi tak menyengatMatahari mulai terang cutSendu yang tak merapatKicauan burung cantikMenjadi hiasan musikPagi ini terasa menarikTak inginku terusikLembaran baru kan dimulaiBerjalan elok gemulaiTak berharap terleraiKetabahan hati lagi ini teruraiPenjelasan Penulis mengumpamakan matahari yang terbit tiap pagi laksana pembuka berbagai kesempatan dan petualangan. Kehidupan hari itu bisa berjalan baik sesuai rencana, namun ada juga peluang terjadinya ujian dan PendakianKarya Fadhal. MSejauh mata memandangGunung kokoh abadi terpancangDiselimuti kerumunan awanIngin rasanya duduk dari ketinggianLewati hamparan hijau ladang ladangHilangkan semua kepenatan dalam kehidupankaki yang terus melangkah akan rasa penasaranDan mata yang terus memandang ke depanPenjelasan Dalam karyanya, penulis Fadhal menceritakan perasaan ketika mendaki gunung. Rasa lelah seolah terhapus keinginan sampai di puncak, menikmati pemandangan dari puncak, serta rasa lega yang Sajak-sajak Kecil Tentang CintaKarya Sapardi Djoko DamonoIlustrasi puisi tentang alam. Foto CFOTO/Getty Imagesmencintai anginharus menjadi siutmencintai airharus menjadi ricikmencintai gunungharus menjadi terjalmencintai apiharus menjadi jilatmencintai cakrawalaharus menebas jarakmencintai-Muharus menjelma akuPenjelasan Sastrawan yang terkenal dengan karya Hujan di Bulan Juni ini, menawarkan cara mencintai dalam tulisannya. Termasuk cara mencintai seorang hamba pada Tuhan yang membutuhkan Indahnya Alam Negeri IniKarya Ronny MahariantoKicauan burung terdengar merduMenandakan adanya hari baruIndahnya alam ini membuatku terpakuSeperti dunia hanya untuk dirikuKupejamkan mataku sejenakKurentangkan tanganku sejenakSejuk, tenang, senang kurasakanMembuatku seperti melayang kegiranganWahai pencipta alamKekagumanku sulit untuk kupendamDari siang hingga malamPesonanya tak pernah padamDesiran angin yang berirama di pegununganTumbuhan yang menari-nari di pegununganBegitu indah rasanyaBak indahnya taman di surgaKeindahan alam terasa sempurnaMembuat semua orang terpanaMembuat semua orang terkesimaTetapi, kita harus menjaganyaAgar keindahannya takkan pernah sirnaPenjelasan Penulis menceritakan keindahan alam Indonesia yang menawarkan berbagai pemandangan. Keindahan bisa disaksikan tiap hari mulai membuka hingga menutup mata. Penyair juga mengingatkan pentingnya menjaga keindahan Kicau BurungIlustrasi kicau burung dari burung murai. Foto Uje Hartono/detikcomKicau burung yang menyusup lewatsela daun mangga bersama hangatnya mentari pagiadalah sebuah misteripada siapa rindu kubagiKicau burung yang menggetarkan ibakudaun terbang entah kemanaadalah sebuah dukayang tertinggal dari kibasansayap lukanyaPenjelasan Karya ini menceritakan dualisme pagi yang membuka peluang sekaligus kesedihan. Peluang sudah selayaknya dihadapi dengan rasa positif, namun kesedihan kerap kali membawa MelupakanIlustrasi planet Bumi. Foto NASABertambah panasnya dunia inisemakin tak terasa sejuknya anginsemakin tak terdengarnya kicauan nyanyian alamsemakin hilang jernihnya air sungaihanya keringat manusia serakah yang sering menetesdi bumi ini semakin keringnya tanah yang dia pijaktak ada lagi pohon yang tumbuhhanya gedung yang sanggup bertahan saat iniKemana manusia yang dulu merindukan kesejukan dan kedamaian?kini hilang, melupakan keheningan dan kesejukanudara bersih...tidakkah manusia merindukan itu semuaSadarlah manusia serakah, masih banyak pekerjaanyang tidak harus merusak tempat tinggalmu sekarangbumi ini rumah kita bersamajaga dan rawatlah rumah kita Puisi ini menceritakan perubahan alam akibat kelakuan manusia. Alam dieksploitasi sedemikian rupa hingga tak lagi jadi rumah bagi seluruh makhluk hidup. Hanya menunggu waktu, hingga alam murka pada Puisi AlamKarya RevoHutan bambu. Foto Getty ImagesLihatlah hutan kita iniSedikit habis oleh orang-orangYang tidak memikirkan masa depanDia mementingkan pribadi tanpa peduliLewat puisi alam ini aku bertanyaLewat curahan kata aku bicaraIndahnya tanahku di atas negeriRibuan pulau menyapa senyum bijaksanaIndonesia tercinta tetumbuhan menghijauAku lahir di siniDi tempat surgawiTanahku subur penjajah suka buahkuMereka berkelana dari kejauhanMereka datang berbondongAkhirnya mereka pergi dengan semangat alamPenjajah pergi, penjajah lenyapSekarang diri menjarah diriHutan kita habis berkepingSisa akar-akar yang suramSatukan jemari, beri yang lain pencerahanCukup tanam satu tunas sehatiAtau lindungi yang sudah merambahTanpa kau ketahui kau melestarikanJanin di masa mendatangSengaja gambar ini terpampangSengaja gambar ini tersimpanAgar kita mengerti takkan ada lagi yang asriKalau kita tak peduliPenjelasan Penyair dalam karyanya mengungkapkan rasa sedih akibat hutan yang terus habis. Lebih sedih karena penjarah hutan adalah bangsanya sendiri yang tidak peduli pada kelestarian dan keseimbangan Bara HatiApi membara karena dikipasPanas menyengat hewan melataTambang dicari hutan dilibasHasilnya dibagi tidak merataKalau ingin melanglang buanaJangan memandang fatamorganaLingkungan rusak dimana-manaKesadaran manusia hanya wacanaKapal berlayar tanpa muatanDiiringi music orkes simponiBumi merana kehabisan hutanTanam pohon hanya seremoniPasang tenda memakai pasakTenda dibangun untuk pajanganPemerintah sadari lingkungan rusakTanam pohon buru penghargaanHobinya bikin mainan sawahBuat ngusir hama tanamanMobilnya sih mahal dan mewah,Buang sampahnya kok Buang sampahnya kok sembaranganPenjelasan Dalam puisi ini, penyair prihatin pada kelakuan manusia terhadap alam. Manusia buang sampah sembarangan, menbang pohon, serta mengutamakan kepentingan pribadi padahal tahu risiko dari Sejuk TenangSejuk tenang di pegunungan. Foto ANTARA FOTO/Aloysius Jarot NugrohoKicauan burung terdengar merduMenandakan adanya hari baruIndahnya alam ini membuatku terpakuSeperti dunia hanya untuk dirikuKupejamkan mataku sejenakKurentangkan tanganku sejenakSejuk, tenang, senang kurasakanMembuatku seperti melayang kegiranganWahai pencipta alamKekagumanku sulit untuk kupendamDari siang hingga malamPesonanya tak pernah padamDesiran angin yang berirama di pegununganTumbuhan yang menari-nari di pegununganBegitu indah rasanyaBak indahnya taman di surgaKeindahan alam terasa sempurnaMembuat semua orang terpanaMembuat semua orang terkesimaTetapi, kita harus menjaganyaAgar keindahannya takkan pernah sirnaPenjelasan Rasa syukur seolah membersamai penyair saat menulis karya ini. Keindahan alam masih terbayang meski penulis memejamkan matanya. Tentunya keindahan bisa dinikmati bila ada upaya penjagaan dari BumiKarya Erista Laili kau begitu hijau menawanPohon pohon sangat rindangBurung burung terbang melintasi awanNamun apa dayaDulu kau yang hijau menawanSekarang kau penuh dengan sampahSungguh tak enak dipandang oh bumikuSeandainya kau masih seperti dahuluHijau sejuk sejauh mata memandangPasti akan ku jaga bumikuSupaya anak cucuku bisa menikmati keindahanmuPenjelasan Dalam karyanya penulis mengungkapkan rasa sesal pada perubahan buruk bumi. Saat ini bumi menjadi penuh sampah, tidak sejuk, dan tak enak dipandang. Penulis juga menegaskan tekah menjaga keindahan SenjaKarya Arinal KhusnaSunset di kaki Gunung Ranai Foto detikSenja yang kau kirimkan sudah kuterimaKu kira sudah lengkapLengkap dengan bau laut dan desir anginJuga suara ombak yang memecah pantaiAku pun tahuSenja yang paling indah pun akan berakhir dengan menyedihkanKetika segalanya menjadi siluetLantas menyatu dalam kegelapan Kita pun sama sama tahuKepastiannya untuk selesai dan menjadi malam dengan kejamMenjadi kehitaman yang membentang sepanjang pantaiHitam, sunyi dan kelamPenjelasan Senja dalam puisi dilukiskan sebagai awalan malam yang sunyi dan gelap. Penulis mengidentikkan malam yang hitam dengan kesedihan dan kepastian layaknya penghujung Lukisan tentang LangitKarya Rahmannisa MufarrahLangit yang kelabu itu membawa kamu datangHujan yang deras membawamu pergiHadirmu hanya sebuah kiasAnehnya aku baru menemukan kilas yang justru memberi bekasNamun hitammu masih pekatSeperti tak ada warna yang cukup pantasTak terkecuali warna yang ku punyaAnganku menyerahAku baru menyadariBahwa langit adalah kelamIa berlari tanpa tujuanHingga menyerah dalam permainan semestaTakdir terus berjalanHingga sosok lain pun datangSosok yang menghangatkan Sekali lagi sang kelam menyerahMemberikan takdir memainkannyaPenjelasan Puisi ini seolah menceritakan rasa pasrah penulis. Kepasrahan muncul setelah sibuk berlari tanpa tujuan, hingga akhirnya menyerah. Perasaan ini dianalogikan dengan malam yang gelap dan Laut dan KeindahannyaKarya Siska Ayu NoviantiKeindahan laut Pantai Balanan, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto ANTARA FOTO/BUDI CANDRA SETYALautan yang jernih dan tenangDiperindah dengan deburan ombakDi balik terumbu karang yang cantikIkan-ikan bergurau riangTanaman bergerak mengikuti arusIkan berenang dengan ceriaBurung berkicau melewati lautan biru bercahayaKilauan cahaya matahari terbenamMembuat mata terpanaUdara yang sejuk menambah suasanaManusia yang melihat sangat terpesonaBetapa eloknya laut kitaPenjelasan Pesona laut yang mengundang decak kagum diceritakan penulis dalam karya ini. Makhluk yang hidup di dalam maupun sekitar laut menjadsi sumber keindahan laut dengan airnya yang setidaknya empat langkah atau cara yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi tentang alam. Berikut caranya dikutip dari situs PersiapanCara atau langkah pertama dalam menulis puisi tentang alam adalah persiapan. Dalam hal ini, penyair harus mencari bahan-bahan atau sumber tulisan yang dapat digunakan. Persiapan dapat dilakukan dengan pengayaan materi, mencari momen puitik yang menyentuh perasaan, dan InkubasiSetelah bahan-bahan terkumpul, ada tahapan inkubasi atau pengendapan materi. Tahap ini dilakukan sambil melakukan proses penyusunan IluminasiKetika semua bahan yang dikumpulkan telah siap untuk dibuat ke dalam tulisan, cara selanjutnya yang perlu dilakukan adalah iluminasi atau perwujudan. Pada tahap ini, semua ide yang telah diorganisasi dituangkan ke dalam bentuk VerifikasiTahap terakhir dalam menulis puisi tentang alam adalah verifikasi, tahap yang menilai apakah suatu karya layak dipublikasikan atau tidak. Untuk menentukan kelayakan ini, penulis perlu melakukan tahapan revisi atau perbaikan-perbaikan tertentu dengan cara peer-review atau meminta masukan dari 21 puisi tentang alam beserta contohnya. Semoga artikel ini memberikan Anda gambaran lebih jelas terkait puisi tentang alam, ya! Simak Video "Pesona Wisata Sumenep Pantai, Sejarah, dan Tradisi" [GambasVideo 20detik] des/row
Untuklebih jelasnya puisi tentang bencana alam yang menceritakan tentang banjir, atau puisi air yang meluap disimak saja dibawah inipuisinya. PUISI: BANJIR Oleh: Sajak Kerinduan. Di awal tahun ini alam menggelar konser air mata awan dengan nyanyian khas dan tabuhan halilintar menghantam permukaan alam dengan sesekali hembusan napas angin
Bencana alam sering melanda. Apalagi akhir-akhir ini. Sehingga banyak sekali orang yang membuat puisi tentang bencana alam. Entah tentang banjir, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, dan lain sebagainya. Puisi bencana alam adalah puisi yang menceritakan berbagai hal tentang bencana yang melanda manusia. Puisi tentang bencana alam bisa berisi berbagai hal. Mulai dari menerangkan kejadian. Hingga penyebab bencana alam itu sendiri. Seperti diketahui, banyak sekali kerusakan alam karena ulah manusia. Alam yang tadinya asri dan indah, berubah gersang. Hutan pun semakin gundul. Sungai-sungai banyak dikotori oleh sampah. Begitu pula dengan udara. Udara terkontaminasi oleh polusi. Semua itu akibat perbuatan manusia. Akibatnya pun akan dirasakan oleh manusia. Misalnya karena hutan semakin sedikit, Di musim kemarau akan kekurangan air. Sebaliknya ketika musim hujan, akan menyebabkan banjir. Semua itu merupakan akibat dari ulah manusia sendiri. Berikut ini merupakan kumpulan puisi bencana alam. Ada yang terdiri dari 2 bait, 3 bait, dan 4 bait. Semoga bisa Bencana Alam Singkat 2 Bait Di bawah ini yang merupakan kumpulan puisi yang singkat. Hanya terdiri dari 2 bait saja. Bercerita tentang bencana alam. Tentunya berisi kesedihan. Tetapi juga ada harapan. Semoga bencana alam ini bisa teratasi. Banjir Melanda Hujan turun tak reda-reda Amat deras tanpa jeda Semua itu sebuah pertanda Bahwa banjir datang melanda Karena banjir rumah tenggelam Merusak segala harta dan benda Pikiran pun terasa suram Hilang di jiwa rasa bahagiaBersabar Bencana datang kapan saja Kadang-kadang tidak diduga Datangnya dengan tiba-tiba Manusia tak siap menghadapinya Apapun yang sedang terjadi Rasa sabar harus di hati Bencana ini ketentuan rabbul Izzati Sebagai ujian bagi manusia di muka Rumahku terendam air Tinggi sekali sampai di kaki Walaupun hujan hanya sebentar Banjir merendam area lebar Mungkin ini ulah manusia Yang menebang hutan dan rimba Di mana air hendaknya disimpan Jika tak ada pohon di dalam hutan Berikutnya adalah kumpulan puisi yang terdiri dari 3 bait. Biasanya dipakai untuk pelajaran anak-anak SMP. Sedangkan puisi yang singkat biasanya untuk anak-anak SD. Pelajari dan baca dengan seksama. Kemudian cobalah untuk mendeklamasikannya. Menjelang Panen Terhampar luas padi di desa Warnanya kuning keemasan Pemandangan yang membahagiakan jiwa Hamparan sawah bagai hiasan Sayang sayang seribu sayang Hujan turun tak kunjung reda Harapan bahagia pun melayang Air hujan merendam sawah Bencana ini sungguh menyedihkan Bagi penduduk di pedesaan Padi menguning ini rusak Menyisakan kepedihan Menggenang Ku lewati jalan itu Sehabis turun hujan Air banyak menggenang Di sepanjang tepian jalan Beginilah setiap hujan Air tak tertampung di selokan Akhirnya jalan pun terendam Membahayakan bagi pejalan Kenapa bencana ini terjadi Mungkinkah karena ulah kita Yang sudah tak memiliki nurani Merusak alam tanpa rasa berdosa. Gunung Mengamuk Kudengar kabar berita Gunung Merapi jauh disana Yang biasanya berdiam diri Kini mulai menunjukkan api Awan panas membumbung tinggi Dari kawah gunung berapi Membuat takut penduduk desa Jangan-jangan bencana menimpa Bila Gunung mengamuk murka Hawa panas dimuntahkannya Mematikan kebun petani Menyisakan rasa Bencana Alam 4 Bait Puisi merupakan karya seni. Sudah dikenal semenjak dahulu kala. Puisi kadang digunakan untuk merekam sebuah kejadian. Termasuk puisi di bawah ini. Merupakan puisi tentang bencana yang terdiri dari 4 bait. Asap Oh asap… Kau terus mengepul tinggi Dari hutan negeri ini Menyebar ke pelosok negeri Asep telah menjadi kabut Menutupi pandangan mata Desaku seolah-olah tertutup Memandang pun tak leluasa Wahai manusia Mengapa temanmu membakar rimba Menimbulkan berbagai bencana Hingga kini tak juga reda Kau membakar pepohonan Sehingga rusak wajah hutan Membunuh hewan hewan Apakah engkau tak berperasaan?Runtuh Bila bumi bergemeretak Walau hanya beberapa detak Gedung-gedung akan terguncang Rumah-rumah banyak yang runtuh Begitulah jika datang bencana Gempa bumi yang tak bisa diduga Paniklah para manusia Banyak pula yang tertimpa Gempa bumi luar biasa Rumah kokoh hancur karenanya Kadang rata dengan tanah Tak ada kemegahan yang tersisa Wahai manusia yang lemah Jangan angkuh di hadapan di hadapan-Nya Bila telah menimpakan bencana Ke manakah kaki selamatkan diri?Ampuni Dosa Kami Bila insan banyak dosa Bumi pun tak mau menerima Bumi resah dan gelisah Lalu bencana datang melanda Sekiranya insan bertaqwa Maka bumi pun penuh berkah Jauh dari bala bencana Menjauh dari alam yang murka Bencana ini memang menerpa Agar manusia menjadi sadar Meninggalkan berbagai dosa Atau memilih mati terkapar Kembalilah wahai manusia Kepada perintah Tuhan yang Esa Bencana di dunia tak seberapa Di akhirat luar biasaPuisi Bencana Alam Banjir Bencana banjir sering terjadi. Terlebih di musim hujan. Dahulu bencana banjir biasanya terjadi di kota besar. Sekarang banjir dimana-mana. Di kota maupun di desa. Dahulu yang terkena banjir hanya Jakarta. Saat ini hampir semua kota. Kota Bandung, Surabaya, Pekanbaru, dan kota-kota lainnya di Indonesia. Banyak sekali penyebabnya. Karena sudah tidak ada lagi hutan. Pepohonan banyak ditebang. Kemudian saluran air yang kurang baik. Dan tentunya sampah yang menggunung di mana-mana. Terutama di sungai-sungai. Semua itu menjadi penyebab bencana banjir. Hujan Yang Belum Reda Dan jika hujan tiba Resah pula rasa di dada Aku takut banjir melanda Menghancurkan harga benda Hujan ini belum juga reda Dalam hati aku berdoa Semoga tidak terjadi apa-apa Jangan sampai ada bencana Hujan ini tak pernah salah Hanya manusia yang serakah Membabat hutan rimba Mengundang bala bencanaSungai Sampah Sungai ini begitu jernih Tempat bermain si anak ikan Air mengalir ke sawah-sawah Dari pagi sampai petang Airnya bersih amat bening Sejuk sekali bila disentuh Anak-anak pun bermain-main Berenang di air yang tak keruh Tapi itu cerita dulu Kini segalanya telah berubah Kondisi sungai amatlah pilu Karena sungai penuh dengan sampah Saat hujan turun deras Air sungai pun meluap-luap Tumpah ke kampung-kampung Merendam rumah di Air Bila manusia tak peduli Seolah-olah tak punya hati Membuang sampah sembarangan Membakar hutan, merusak pegunungan. Akan tiba saatnya nanti Saat alam mulai beraksi Derita manusia ia tak peduli Karena manusia telah menyakiti Datanglah banjir yang mengepung Jalan jalan terendam air Di mana-mana penyakit muncul Hati manusia pun merasa sedih Jika ingin hidup sejahtera Harmonis bersama alam semesta Cobalah untuk selalu peduli Jagalah keasrian alam Bencana Alam Tsunami Bencana tsunami beberapa kali terjadi. Di Palu dan di Aceh. Bencana ini mengakibatkan kerusakan yang besar. Rumah rumah runtuh. Jiwa manusia pun melayang. Tsunami biasanya disebabkan gempa bumi. Yaitu gempa bumi yang terjadi di lautan. Sehingga air laut bergerak. Lalu bergelombang hingga ke tepi pantai. Ribuan korban jiwa melayang. Ribuan rumah hancur tak bersisa. Begitulah jika bencana tsunami melanda. Di bawah ini merupakan puisi tentang tsunami. Gelombang Menerjang Di pagi hari yang begitu cerah Manusia melakukan aktivitasnya Sang surya pun bercahaya terang Menghangatkan bumi tercinta Tiba-tiba pantai mengering Airnya surut entah kemana Terlihat ikan bergeletakan Kehilangan air dari lautan Manusia asyik bermain Di tepi pantai yang sangat indah Saat menyadari apa-apa Sebentar lagi datang bencana Lalu dengan tiba-tiba Gelombang tinggi bergulung gulung Bagaikan pohon pohon kelapa Yang menerkam dari samudra Gelombang itu tampak pelan Padahal melaju ke daratan Hancurkan pantai satu sapuan Segalanya jadi berantakan Tangisan Duka Kulihat muka-muka suram Mata mereka tampak dalam Isak tangis bersahutan Ada bencana dari lautan Anak kecil mencari ibunya Yang terpisah entah dimana Seorang ibu menangis pilu Melihat anaknya terbujur kaku Mayat-mayat bergelimpangan Memenuhi sepanjang jalan Bencana ini hanya sesaat Tapi dampaknya begitu hebat Lautan menumpahkan air Hingga menyapu ke tepian Manusia tak lagi berpikir Hanya mencoba menyelamatkan Rumah-rumah pun runtuh Berantakan diterjang gelombang Bagaikan mainan dari kertas Saat disapu ombak yang keras Betapa lemah manusia Saat menghadapi bala bencana Wajah alam tampak murka Menyisakan pedih semataCahaya Harapan Bencana merusak semuanya Meruntuhkan rumah-rumah Yang dibangun begitu lama Hancur hanya seketika Gedung-gedung yang begitu megah Tak memiliki kekuatan apa-apa Alam lebih kuat dari manusia Di hadapan bencana tak berdaya Untuk apa bersedih hati Bencana ini udah di ratapi Nyalakanlah api harapan Untuk membangun masa depan Mari kita bangkit kembali Meneruskan kehidupan ini Tak ada gunanya bersedih diri Semua luka mari kita obat Semua memang tampak berbeda Setelah bencana datang melanda Tuhan telah memberikan kesempatan Agar kita pulang ke pintu pertobatanBencana Gempa Bumi Indonesia sering kali ditimpa gempa bumi. Gempa bumi memang tak bisa dihindari. Kecuali dengan banyak-banyak bertakwa kepada Allah. Semakin kesini semakin banyak gempa bumi. Itulah yang telah disampaikan oleh Rasulullah. Semakin banyak kemaksiatan, semakin banyak gempa bumi datang. Gempa bumi bukan sekedar fenomena alam. Tukang kendang terjadinya patahan. Tetapi gempa bumi ada hubungannya dengan dosa-dosa manusia. Ketika bencana datang, jadi pelajaran bagi orang yang beriman. Gempa bumi besar pernah terjadi di berbagai daerah. Di Lampung, di Palu, Mentawai, Jogjakarta, dan banyak daerah lainnya. Apabila gempa ini terjadi di lautan, bisa menyebabkan tsunami. Bumi Berderak Hanya sesaat Tiba-tiba bumi berderak Rumah-rumah patah dan rusak Apa yang telah terjadi Telah datang gempa bumi Menggetarkan sanubari Manusia bagaikan limbung Tak tau apa yang terjadi Duka lara merundung Gempa mengguncang negeri iniRasanya Berbeda Kemarin terasa indah Langit biru begitu cerah Anak ibu bercengkrama Begitu hangat di keluarga Hari ini semua berubah Keindahan itu telah berlalu Bumi tampak berantakan Orang menangis di reruntuhan Tinggalah puing-puing Yang menyesakkan harapan Tubuh banyak yang terluka Oleh bencana yang tiba-tiba Mungkin ini adalah ujian Untuk mereka yang beriman Atau sekedar pengingat Agar hentikan semua maksiatRuntuhnya Rumah Di rumah itu Ada canda dan tawa Banyak kita beribu-ribu Semarakan hari-hari dunia Siapa yang menduga Gempa bumi datang melanda Rumah runtuh seketika Menyisakan puing-puing saja Atap rumah ambruk Tiang tiang telah patah Dinding kuat runtuh Hati ini menjadi kelabuSedih Di Hati Seorang anak kecil Sendiri duduk menggigil Menatap rumahnya yang runtuh Ibunya terbaring kaku Ia menatap ke sekitar Desanya seperti tak dikenal Orang-orang panik keluar Dengan wajah yang begitu muram Gempa bumi mengubah wajah Yang ceria kini berduka Yang indah kini berubah Puing-puing di mana-mana Sedih pilu hatinya Anak kecil itu meratap sedih Hanya air mata yang mengalir Menghadapi bencana yang tak terpikir. Ke Mana Berlari? Ketika bencana terjadi Kemana lagi manusia berlari Tak ada tempat untuk berlindung Hanya kepada Tuhan memohon ampun Sungguh tak mampu kita menahan Apabila bencana menyerang Lemah lunglai segala daya Itulah kekuasaan Tuhan yang Esa Tak ada tempat berlari Kecuali hanya kepada-Nya Jangan angkuhkan diri Bersimpuhlah kepada-Nya. Apa Yang Dimaksud Dengan Bencana?BENCANA adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Apa Yang Dimaksud Dengan Gempa Bumi?Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang Bencana Gunung Meletus Letusan gunung merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Bencana letusan gunung terjadi beberapa kali di Indonesia. Salah satu yang besar adalah letusan gunung Krakatau. Letusan gunung ini memisahkan antara pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Artinya Gunung Krakatau memiliki letusan yang sangat hebat. Letusan itu terjadi sekitar tahun 1800-an. Menurut para ahli, abu dari letusan gunung Krakatau sampai ke Eropa. Saat ini masih banyak gunung yang masih aktif. Gunung Merapi dan Gunung Sinabung merupakan letusan yang juga sangat besar. Bencana tersebut menghancurkan pertanian masyarakat. Abu dari letusan gunung mengakibatkan tanaman mati. Berikut ini merupakan puisi bencana gunung Panas Membumbung tinggi ke angkasa Bagaikan awan yang bergulung-gulung Hawa panas sangat terasa Sebuah pertanda dari gunung Manusia mulai ketakutan Tak lama lagi ada letusan Lava mulai dikeluarkan Dengan suara menggetarkan Burung-burung terbang Meninggalkan pegunungan Begitu pula berbagai hewan Karena bencana sudah dirasakan Tak ada yang bisa dilakukan Desa permai ditinggalkan Karena nyawa sebagai taruhan Jika gunung mengeluarkan letusan. Abu Letusan Kau tebarkan abu Pada desa yang kau pangku Menebarkan hawa di udara Panas melanda sungguh terasa Kau terbarkan abu Pada daun-daun di kebun Sayuran pun mulai layu Panasmu memang tak tertahankan Kau terbarkan abu Ke utara ke selatan Kepada manusia maupun hewan Membuat mereka ketakutan Kau terbarkan abu Sesuai perintah dari Tuhan Agar tumbuh di hati manusia Rasa takut juga harapan. Hilang Desaku Hilang desaku Ditimpa oleh bencana Letusan gunung Memporak-porandakannya Hilang desaku Juga sawah dan kebunnya Yang tersisa hanyalah abu Sisa dari bencana itu Kami harus bangkit lagi Membangun desa ini Agar kembali asri Indah berbunga dan Oh Gunung Merapi Engkau masih beraksi Lagi dan lagi Belum juga berhenti Engkau meletus setiap hari Membuat cemas setiap diri Kapankah tenang kembali Melihat wajahmu berseri-seri. Kami hanya menanti Berdoa di tenda-tenda kami Kau menggelegar kami sunyi Menjaga asa tetap bersemi. Kebakaran Hutan Bencana bisa dalam bentuk apa saja. Misalnya kebakaran hutan, banjir bandang, letusan gunung, ataupun gempa bumi. Salah satu bencana yang terjadi hampir setiap tahun adalah kebakaran hutan. Biasanya terjadi di waktu kemarau. Kebakaran hutan berdampak pada banyak hal. Mengakibatkan kabut asap. Kematian hewan-hewan. Semakin hari hutan di Indonesia semakin sedikit. Hal itu disebabkan adanya pembukaan kebun dan pertambangan. Kebakaran hutan kadang-kadang terjadi dengan alamiah. Namun banyaknya adalah karena ulah Api Api menyala-nyala Menghanguskan pepohonan Memerahkan dedaunan Merusak rumah para hewan Malangnya hutanku Yang hijau dan rimbun Memberikan kesejukan Pada penghuni alam Namun kini ia terkapar Oleh api yang membakar Berhari-hari tak juga padam Menyisakan nasib yang kelamHutanku Yang Malang Dedaunan kini berapi Meruntuhkan kesejukan Bermula dari tepi Membakar ke tengah hutan Batang-batang hangus terbakar Hitam kelam menjadi abu Daun-daun berguguran Tersisa jadi kenangan Engkau yang telah memberi udara Memberi oksigen kepada manusia Memberikan rumah pada margasatwa Kini menanggung beban deritaRindu Pada Hutanku Kami rindu kepada hutan Di mana burung berkicauan Melangkah dalam pertunjukan Mendengarkan nyanyian hewan Kemarin rindu pada hutan Yang luas membentang Menjadi paru-paru dunia Sumber hidup bagi manusia Ini hutanku menanggung luka Jilatan api membuat sengsara Ada ulah dari tangan manusia Yang membuatnya menderita Puisi Tentang HutanHutan memang sebuah inspirasi. Banyak dibuat menjadi puisi. Silahkan baca di Puisi Tentang Hutan Untuk Anak Air TerjunAir terjun sangatlah indah. Merupakan bagian dari alam. Yang merupakan air yang mengalir kemudian jatuh. Biasanya berada di antara pegunungan. Ingin puisi tentang air terjun? Baca di Puisi Air Terjun Indah. Kerusakan AlamAwalnya alam begitu indah. Seperti gunung, pantai, dan persawahan. Namun kadang-kadang dirusak oleh manusia. Entah dengan membuang sampah maupun melakukan aktivitas seperti pertambangan. Sehingga alam rusak. Baca puisinya di Puisi Kerusakan Alam. Ref
Puisitentang alam tadi ditulis sebagai bentuk kesedihan penulis terhadap bencana gempa yang terjadi di Lombok dan Bali pada Agustus 2018. Sayangnya, kondisi Indonesia pada saat itu tengah panas karena menjelang pemilu. Adanya bencana alam malah menjadi alasan untuk saling menghina lawan politik.
Puisi Tentang Bencana Alam – Bencana adalah salah satu fenomena alam yang sudah pasti menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi materi, kerusakan hingga melayangnya nyawa banyak orang. Jenis-jenis bencana alam pun juga beraneka ragam, dan notabene ditakuti semua orang, sebut saja seperti bencana kecil layaknya banjir, angin kencang, tanah longsor hingga bencana besar seperti gempa bumi dan Tsunami. Tidak jarang pula berbagai bencana menimpa tanah air kita, sebut saja bencana Tsunami tahun lalu di Palu, yang merenggut banyak nyawa serta kerugian yang jumlahnya tidak sedikit. Kendati demikian, Bencana hanya menyisakan luka, duka, kesedihan serta kesadaran manusia yang datang terlambat, baik kesadaran atas takdir, maupun cobaan yang diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri. Untuk mengekspresikan atau mengenang tentang bencana alam, di bawah ini telah terangkum beberapa Puisi tentang Bencana Alam Tsunami, Gempa bumi, banjir dan lainnya. Puisi sedih untuk korban bencana di bawah ini saya ciptakan untuk mengenang mereka yang wafat dalam fenomena tersebut, termasuk penggambaran kesedihan dari orang yang ditinggalkan sanak saudara. Fenomena Banjir merupakan peristiwa dimana air sungai meluap, yang disebabkan oleh hujan deras dalam waktu cukup lama, sehingga badan sungai tidak mampu menampung arus air yang datang dari hulu, maupun dari tempat/daerah itu sendiri. Dampak banjir akan sangat terasa bila genangannya telah memasuki rumah warga, yang menyebabkan mudahnya terkena penyakit, sehingga akan banyak dari mereka yang mengungsi. Salah satu penyebab banjir adalah kurangnya perhatian masyarakat mengenai kebersihan sekitar sungai, terutama soal sampah. Sehingga bila banjir telah datang, yang ada hanya mengeluh dan rasa penyesalan. Dan untuk mengekspresikan kesalahan manusia tersebut, serta untuk menyadarkan diri sendiri maupun sekitar, luapkan dengan kumpulan Puisi tentang bencana alam banjir di bawah ini Rintih Bermain Air Anak kecil disamping rumah, Dengan ceria bermain air, Menyepak dan menyembur, Berlari dan berenang. Awalnya aku terpukau, Tapi kenyataan berkata lain, Mereka sejatinya tengah merintih, Tertawa dalam tangisan. Pedih, mengiris dan duka, Penyakit mengintai mereka, Berada di sekeliling mereka, Bahwa itu adalah bencana. Bersabarlah sayang, Maafkan Mereka, Jadilah anak yang setia, Untuk menjaga alam semesta, Kala kau beranjak dewasa. Jangan kau sesali, Aku tahu kau belum mengerti, Aku paham kau masih buta dan tuli, Namun inilah yang terjadi, Jadikan cobaan alam sebagai penyadar diri. Ketika Sungai Berang Setiap pagi kau mandi disana, Begitu pula sorenya, Bila masa kau libur, Puluhan helai kain kau cuci, Hingga pulang menyisakan buih. Namun, sampah itu kau biarkan, Mengalir dan terus mengalir, Hingga menyumbati alirannya, Sampai masanya kau sadar, Bahwa air telah berang. Jangan kau sesali, Sesungguhnya ada suatu muak, Rasa sabar yang habis, Tertelan keegoisan manusia, Tanpa ada peduli dan mau menjaga. Rasakanlah, Kala genangan membuatmu sulit, Untuk berpijak dan melangkah di rumah. Belajarlah, Bahwa apa yang tanah, Itulah yang kan dipetik. Ketika air sudah berang, Meluluhlantakkan yang dilewati, Menghancurkan yang diterpa, Hingga bisanakan yang kau sayangi. Belajarlah. Sore ini, hujan begitu deras, Menghantam bumi dengan ganas, Sementara di seberang jalan, Beberapa anak menari ceria, Menikmati anugerah Yang Kuasa. Padahal, cerita berakhir lain, Di kala hujan reda, Perlahan genangan mengalir jauh, Tanpa komando tanpa patuh, Tanpa iba menghajar yang rapuh. Bagaimana tidak, Tempatnya berlalu telah tertutup, Sebab watak manusia yang enggan, Memberi perhatian terhadap selokan. Maka dari itu, Tak perlu tangisi yang terjadi, Jangan sesali kenyataan ini, Semua takkan terjadi, bila manusia peduli. Hingga hujan tiba lagi, Genangan masih mengepung, Mencuri seisi rumah, Menghanyutkan secuil gairah, Dari mereka yang mengharapkan sepercik cerah. Kurangnya Terima Kasih Tuhan mempersembahkan semua, Tanpa meminta balas jasa, Lalu kenapa banyak yang berdusta, Tidak mensyukuri nikmat dari-Nya ? Tak henti manusia merusak, Mencemari air dengan membabi buta, Seakan tanpa memperdulikan akhlak, Hanya mementingkan hasrat bejatnya. Sampah, dan kerusakan ekosistem sungai, Tak bisa dihenti dan diderai, Kekeruhan air terus melukai, Keseimbangan alam menjadi kacau. Kurang apa lagi? Ya, kurangnya terima kasih, Sesaat setelah sungai meluapkan amarah, Menembus dinding memasuki rumah, Kau malah mencari siapa yang salah. Tanpa mau bercermin karena ulah. Kurangnya rasa syukur, Hingga saat tanahmu hancur, Bumimu melebur, Hanya air mata yang terguyur, Belajarlah, sadarlah. Terabaikan Air terus mengalir, mengikuti arusnya, Anak kecil riang gembira, Melompat dengan hati bahagia, Dengan temannya mengukir cerita. Sementara di seberang sana, Keserakahan manusia semakin nyata, Hancurkan alam sambil tertawa, Menguras habis sungai dan kekayaannya. Anak kecil tadi hanya merenung, Bertanya-tanya dalam hati, “Apa yang dilakukan mereka?” “Kenapa air sungai selalu keruh?” Lanjutkan saya berenangmu. Semua terabaikan dengan jelas, Hanya luka yang hadir membekas, Terpaksa menahan sembari ikhlas, Tunggulah Tuhan memberi balas. Puisi tentang Bencana Alam Tsunami Siapa sih yang tidak kenal Tsunami, terutama yang lahir di bawah tahun 2000-an, setidaknya mereka mengingat bagaimana dahsyatnya Tsunami yang menghantam Provinsi Aceh tahun 2004 silam, yang menewaskan ribuan orang. Yap, Tsunami adalah bencana alam yang terjadi dimana air laut menciptakan gelombang ombak yang besar, sehingga menyapu wilayah disekitarnya dalam jarak yang luas. Tidak tanggung-tanggung, gelombang tsunami akan menghancurkan apapun yang dilaluinya, mulai dari pemukiman warga hingga gedung-gedung tinggi sekalipun. Sehingga, yang tersisa selepasnya hanyalah tangisan. Peristiwa Pilu ini sebenarnya telah terjadi beberapa kali di Indonesia, dimana bahkan puluhan ribu nyawa telah melayang. Kesedihan yang tak terbendung akhirnya membekas di hati seluruh rakyat di tanah air. Nah, di bawah ini, telah saya rangkum beberapa Puisi tentang bencana alam Tsunami untuk kamu, baik yang pernah menjadi korban maupun tidak. Silakan di baca Gelombang Amarah Aku mendengar, ribuan isak tangis, Aku menyaksikan, muka-muka penuh haru, Aku melihat, anak kecil menukik mencari ibunya, Aku tersentuh, kala menyentuh tangan mereka berdebu, Tak terasa, air mataku mengalir jatuh. Mereka meronta, mereka belum siap, Menerima memori yang senyap, Ketika gelombang laut menghantam daratan, Kemana hendak berlari? Kemana akan sembunyi? Pilu, begitu menyayat hati. Mayat-mayat bergelimpangan, Tak jelas status dan asalnya, Begitu luka mencabik asa, Jutaan do’a terkirim sudah, Dari seluruh penjuru dunia. Ya Allah, begitu berat cobaan ini, Begitu menangis negeri ini, Atas sisa yang diciptakan Tsunami, Meninggalkan luka yang ternaung sepi. Ya Allah, maafkan mereka, Maafkan jasad yang terdampar, Maafkan mayat yang tercerai, Maafkanlah negeri ini, Hanya pada-Mu, Yang Maha Pemberi. Melebur Asa Semua berubah, Setelah ombak itu menggulung, Menghantam dalam-dalam, Menitip luka pada relung. Semua jadi berbeda, Selepas gelombang melanda, Meluluhlantakkan semua cerita, Yang tertinggal hanyalah do’a. Semua menghilang, Sesudah laut Tuhan murka, Menyuruh mereka untuk pulang, Serta meleburkan secercah asa. Semua terlihat murung, Menikmati pilu yang dirudung, Menyirnakan seluruh impian, Yang indah di masa depan. Semua mengutuk diri, Atas apa yang telah terjadi, Hanya ratapan penggetar bumi, Dari tanah Ibu Pertiwi. Oh, Tsunami. Teman, Kamu Dimana? Kukunjungi rumahmu, Tapi yang terlihat malah jalan buntu, Kamu dimana ? Aku merindukanmu, sobatku. Kucari ke sudut sana, Yang terlihat hanya sisa-sisa puing, Bangunan yang terkeping-keping, Apa yang terjadi disini? Kucari ke sudut satu lagi, Aku menemukan seorang anak, Yang meratapi seonggok mayat, Sambil terus meneriakkan “ibu…ibu…”. Kucari ke sudut jauh, Ratapan kian terdengar jelas, Apa yang sebenarnya terjadi? Apa apa dengan negeri ini? Lantas, kamu dimana, teman ? Aku jauh datang kemari ingin berjumpa denganmu, Aku hendak mengulas balik kisah lalu, Tentang cerita persahabatan kita dahulu. Aku terus mencarimu di sela-sela reruntuhan, Tapi tak kunjung ada jawaban, Sudahlah, yang tersisa hanya pelajaran, Untuk tawakkal dan selalu bersabar. Selamat tinggal, teman, Aku pulang. Amarah Laut Sore, di pantai itu, Anak-anak bermain ria, Senang dan bergembira, Dengan teman-teman sebayanya. Tak ada yang asing, Semua seperti hari biasanya, Mereka berkumpul kala sore tiba, Mengisi jerah hari dan letih jiwa. Namun entah mengapa, Laut mengeluarkan amarahnya, Gelombang besar terbentuk jelas, Menghantam daratam dengan ganas. Bagaimana tidak, Amarah yang besar itu, Menyapu rata tanpa permisi, Menggulung apa yang dilalui. Oh Laut, Apa salah kami? Oh Tuhan, Maafkan kami. Tangisan Negeri Negeriku kembali menangis, Berlinang air mata jatuh ke tanah, Menyaksikan gelombang laut yang bengis, Menenggelamkan sebagian wilayah. Negeriku kembali berduka, Sebab apa yang tengah melanda, Silih berganti lara dan derita, Menghampiri tanah air tercinta. Negeriku kembali bersedih, Cobaan demi cobaan mengiris pedih, Bercerainya cinta dan kasih, Entah kapan akan kembali pulih. Tuhan, Maafkan Kami, Kembalikanlah keceriaan negeri ini. Puisi Bencana Alam Gempa Bumi Bangunan yang Roboh akibat Gempa Bumi Fenomena gempa bumi adalah bencana alam yang terjadi karena dua hal paling umu, yakni letusan gunung merapi gempa vulkanik dan pergeseran lempeng di dalam laut gempa tektonik. Untuk gempa tektonik, inilah jenis yang menimbulkan bencana Tsunami, karena ledakan terjadi berpotensi mengangkat air laut dan kemudian menimbulkan gelombang yang besar. Sama seperti jenis bencana lainnya, seperti Tsunami dan Banjir, kerusakan yang diakibatkan gempa bumi juga tidak tanggung-tanggung, apalagi jika kekuatan yang dihasilkan cukup tinggi. Misalnya yang terjadi di Kepulauan Mentawai 2 Maret 2016 dan tahun lalu di Lombok 5 Agustus 2018. Kerusakan yang dihasilkan cukup besar, mulai dari retak hingga runtuhnya rumah dan bangunan-bangunan tinggi. Selain kerugian materi, dampak gempa juga banyak menyisakan luka yang mendalam, karena tidak sedikit dari korban yang kehilangan anggota keluarga, sanak saudara, teman dan masyarakat dekat mereka. Untuk itu, dalam rangka mengekspresikan kesedihan yang dirasakan, di bawah ini telah saya rangkum beberapa Puisi tentang bencana alam gempa bumi di Indonesia untuk kamu semua Bumi Bergetar Ketenangan malam, Yang dingin dan mencekam, Lampu kamar mulai padam, Berbaring dengan mata terpejam. Belum lama raga melayang, Aku tersentak dengan tegang, Merasakan bumi yang berguncang, Kuberlari terluntang-luntang. Bumi terasa amat menakutkan, Dingin dan pucat menyelimuti badan, Ke luar rumah, dari dalam ruangan, Meluluhlantakkan segenap kedamaian. Bumi bergetar, alam menggelegar, Sejenak hilangnya suatu tegar, Membayangkan asa yang kan pudar, Bunga-bunga gagal mekar. Oh Tuhan, Ada apa dengan Bumiku? Apakah dia marah? Kenapa jadi sangar? Oh Tuhan, Maafkan Kami. Datang Tak Diundang Pagi itu, Cuaca begitu cerah, Sinar Surya bersinar sumringah, Hingga rasa dan selera tergugah. Kulangkahkan kaki keluar rumah, Menjemput rezeki dari Allah, Meninggalkan rasa untuk menyerah, Menuju masa depan yang cerah. Namun, tiba-tiba saja, Ada tamu tak diundang, Datang kala ku ditengah perjalanan, Bumi bergetar dan berguncang, Sontak mengagetkan umat waktu siang. Semua berlari terluntang-lanting, Situasi begitu genting, Panik, cemas dan takut, Bercampur aduk dalam satu waktu. Gempa bumi, Kau adalah tamu tak diundang, Tanpa isyarat dan tanda, Terpaksa kami menghadang, Meski akhirnya menyisakan luka. Simak Juga 10+ Puisi Taman Bunga Tertinggal Puing Kemaren, semua masih indah, Hidup tentram bersama alam, Anak-anak dan orangtua bercengkrama, Oh damainya, bumiku terkasih. Namun itu kemaren, Bukan apa yang terlihat hari ini, Hanya tersisa puing dan pecahan kaca, Akibat kejamnya gempa bumi. Tertinggal puing, Pedih menusuk relung, Tak sanggup menatap bangkai, Dari manusia yang tengah terbengkalai. Oh Tuhan, Betapa pedihnya cobaan ini, Tangisan dan ratapan hati, Enggan pergi dari dalam diri. Oh, Gempa bumi. Rintihan Anak Kecil Miris menyayat hati, Kala terdengar rintihan diri, Dari anak kecil yang berlari-lari, Mencari sosok ibu kesana-kemari. Betapa pedih merobek jiwa, Kala tangisan kian menggema, Aku pasrah mengelus dada, Atas pilunya realita yang ada. Wahai kawan, inilah cobaan diri, Tuhan menitipkan melalui gempa bumi, Sabarlah, relakan, kuatkan hati, Berserah dirilah pada Ilahi. Wahai teman, kau tak bersalah, Tak usah pula kau menyanggah, Sungguh Tuhan menyayangimu, Dan rencana dibaliknya yang indah. Bersabarlah. Melawan Air Mata Bagaimana lagi aku bersikap, Ditengah hari yang amat gelap, Bagaimana hendak aku kuat, Sedang cobaan begitu berat. Air mata yang tak sanggup kutahan, Menusukkan luka yang membekas, Mengkhayalkan gelapnya masa depan, Diantara puing dan mayat meranggas. Oh, betapa malangnya negeriku, Setelah gempa bumi mengirim pilu, Aku tersentak ditengah sendu, Menahan air mata yang begitu haru. Oh, air mata, berhentilah mengalir, Meski masa amat getir. Baca juga 7+ Puisi Tentang Virus Corona Puisi Tema Bencana Gunung Meletus Selain sebagai destinasi bagi para traveler yang menyukai tantangan ekstrim, gunung tidak selamanya menyajikan pemandangan yang indah, dibalik itu, keberadaannya juga bisa menimbulkan bencana alam yang dahsyat. Peristiwa gunung meletus memang tidak asing lagi ditelinga kita. Pasalnya, beberapa kasus tercatat dalam sejarah Indonesia, yang menceritakan kedahsyatan letusan dari berbagai gunung merapi di tanah air, misalnya gunung Krakatau dan Sinabung. Tidak hanya merenggut nyawa, efeknya juga bisa menimbulkan banyak penyakit pada kulit dan pernafasan, baik bagi manusia maupun ekosistem hewan dan tumbuhan, akibat dari abu vulkanik. Sesuai dengan judulnya, di bawah ini telah saya rangkum beberapa Puisi tentang Bencana Gunung meletus untuk kamu semua, silakan disimak Abu-mu Abu mu, Gelapkan siang, Butakan malam, Menghentikan langkah. Abu mu, Hantarkan penyakit, Memberi jangkit, Sulit dan amat pahit. Abu mu, Hauskan tanaman, Keringkan mata air, Mencuri ekosistem hewan. Abu mu, Kejam, sakit, pahit, Kau tak salah, Tak ada yang salah, Takdir sudah tertera. Tidak apa, Itu memang hakikatmu, Kami hanya bisa menahan, Dan menanti kapan waktunya akan tiba, Lagi. Memecah Hening Keheningan malam menghilang, Seketika kau pecahkan, Suara genderang perang datangkan, Perasaan cemas dan tegang. Aku tersentak dari mimpi, Dan bertanya, apa yang terjadi, Oh tidak, kau mulai beraksi, Memberi teguran pada setiap diri. Hai, gunung merapi, Suaramu begitu besar, Letusanmu amat menggelegar, Menyemburkan panasnya lahar. Hai, gunung kami, Kau bangunkan manusia di bumi, Dengan menghantam sunyinya sepi, Kala orang-orang merajut mimpi. Tak Kunjung Henti Lagi dan lagi, Hanya hitungan hari, Lagi dan lagi, Oh gunung merapi. Tak kunjung henti, Mengkhawatirkan seisi bumi, Mencemaskan bencana lagi, Belum siap mereka mati. Takkan padam, Ledakanmu selalu mengiris hati, Letusanmu hancurkan asa diri, Sungguh, ini sangat tajam. Tak meredam, Menyerang tak kenal siapa, Siang maupun malam, Yang tersisa hanya luka yang merajam. INFO REKOMENDASI Lalu, bagaimana cara mengajak Manusia untuk melestarikan Alam, silakan simak Kumpulan Puisi Tentang Lingkungan Bersih ini. Penutup Demikianlah, ulasan kali ini mengenai Kumpulan Puisi tentang Bencana Alam Tsunami, Banjir, Gempa Bumi dan Gunung Meletus. Semoga artikel ini bisa bermanfaat, terutama dipersembahkan bagi korban bencana alam ataupun tanpa simpatisme kamu. Ref
NEGERIKHATULISTIWA DALAM PUISI. kami datang, kawan membawa sebungkus dendam menyusuri pasir dan injakan karang tegar pergolakan berdarah sampai musibah tak terkira bencana tetap merajarela. untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 berjudul BILA SUNYIKU IKUT TERLUKA.Ikut dalam 15 buku antologi puisi bersama penyair seluruh
Ilustrasi Puisi tentang Bencana Alam sebagai Pengingat. Foto Unsplash/naif tentang Bencana AlamIlustrasi Puisi tentang Bencana Alam sebagai Pengingat. Foto Unsplash/naif alam, murka alamKamu tidak bisa lepas dari jalan destruktif merekaItu bisa menjadi tornado Dengan angin berputar-putarMengangkat semua yang ada di jalannyaBerdoa kita hidup untuk melihat hari berikutnyaMungkin gempa bumi yang kuat dengan deru kerasnyaDampaknya terlihat seperti sedang berperangBangunan runtuh dan jatuh ke tanahTumpukan beton menjadi gundukanLalu tsunami yang pasti datangdatang dengan dengungan yang kerasAir mengambil semua yang ada di jalurnyaSeperti yang ditunjukkan alam, itu benar-benar murkaKemudian badai menjadi begitu kuat, sekarang badai telah lahirIbu alam menunjukkan telah menyebabkan banjirDengan jalanan menjadi dinding lumpurLalu ada longsoran salju, dinding salju raksasaApa pun di jalurnya menjadi musuhGunung berapi yang bergolakSebuah sungai lava raksasa, menuruni gunung itu bersinarSekarang saatnya kita semua bersiapIbu alam bukanlah orang yang berani!Anak kecil di samping rumahDengan ceria bermain airMenyepak dan menyemburBerlari dan berenangAwalnya aku terpukauTapi kenyataan berkata lainMereka sejatinya tengah merintihTertawa dalam tangisanPedih, mengiris dan dukaPenyakit mengintai merekaBerada di sekeliling merekaBahwa itu adalah bencanaBersabarlah, SayangMaafkan merekaJadilah anak yang setiaUntuk menjaga alam semestaKala kau beranjak dewasaJangan kau sesaliAku tahu kau belum mengertiAku paham kau masih buta dan tuliNamun inilah yang terjadiJadikan cobaan alam sebagai penyadar diriSore ini hujan begitu derasMenghantam bumi dengan ganasSementara di seberang jalanBeberapa anak menari ceriaMenikmati anugerah Yang KuasaPadahal, cerita berakhir lainDi kala hujan redaPerlahan genangan mengalir jauhTanpa komando tanpa patuhTanpa iba menghajar yang rapuhBagaimana tidakTempatnya berlalu telah tertutupSebab watak manusia yang engganMemberi perhatian terhadap selokanMaka dari ituTak perlu tangisi yang terjadiJangan sesali kenyataan iniSemua takkan terjadi bila manusia peduliHingga hujan tiba lagiGenangan masih mengepungMencuri seisi rumahMenghanyutkan secuil gairahDari mereka yang mengharapkan sepercik cerahSiapa yang cipta semua bencana Jika kalian peka dan merasaAda bencana karena campur tangan manusia Tuhan bilang "Pastinya" Ulah tangan-tangah serakah Menantang alam dengan gagah Timbulkan kerusakan masih kau sanggah Tutup mata, kau buang salah Gambaran tamparan Tuhan yang nyata diperlihatkan Banjir, longsor, kekeringan akibat kerusakan hutan Tapi kalian masih berani tawar Semua ini kau anggap wajar Tak merasa kalau ditampar Meski bencana datang mengular
. 477 59 363 2 141 401 337 343
puisi bencana alam indonesia